Selasa, 06 Oktober 2015

BANI ABBASYIAH: KEMAJUAN ILMU AGAMA, SAINS, DAN FILSAFAT



A.    BANI ABBASIAH
Periode terbesar kemajuan ilmu pengetahuan islam terjadi pada abad ke-10 dan ke-11 M. meskipun demikian dasar-dasar ilmu pengetahuan sesungguhnya telah diletakkan oleh generasi-generasi sebelumnya, yaitu pada periode awal dinasti Abbasiyah saat penguasa-penguasa Bani Abbas masih memiliki kekuasaan yang melimpah. Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai masa keemasannya. Akademi-akademi yang mirip Universitas modern didirikan di Baghdad, Mosul, Basrah, Nishapur, dan Khurasan. Pusat-pusat pendidikan lainnya berkembang dari semenanjung Iberia sampai India barat laut. Secara garis besar perkembangan ilmu pada masa bani abasiah itu sangat pesat diantaranya:

  1. Berdiri lembaga-lembaga pendidikan seperti Baitul hikam Majlis munadhoroh, Madrasah dan Universitas.
  2. Berdirinya kota-kota pendidikan, seperti Bakdad, Khuffah dan Damaskus dll.
  3. Perkembangan ilmu Naqli seperti (ilmu tafsir, hadits, fiqh, tata bahasa, tasawuf, kalam).
  4. Perkembangan ilmu Aqli seperti (Ilmu filsafat dan kedokteran, astronomi, sejarah, kimia, matematika, sastra).
  5. Perkembangan bidang seni: larinya penyair dan novelis yang besar, berdirinya sekolah musik, terdapat lukisan dan ukiran yang indah yang terdapat di masjid, istana dan gedung lainnya. Cabang seni yang berkembang: seni sastra dari yunani, seni musik, seni rupa, seni bangunan. Penyair dan sastrawan yang terkenal: harun ar-rosid, Abu nawas, Abu tamam, ibnu tumi.


Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
  1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli kesana.
Lembaga-lembaga  pendidikan ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Dengan berdirinya perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, disana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masa bani abbas sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.




B.     KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Kekhalifahan ini berkembang dengan pesat dan menjadikan sebagai pusat pengetahuan dengan didirikannya perpustakaan yang akan menyuburkan ilmu pengetahuan di masanya. Kemajuan Ilmu pengetahuan di tentukan dua hal, yaitu:
  1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak di antara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya.

C.    KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG AGAMA
Pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah kebanyakan masih menfokuskan diri terhadap kajian keagamaan, seperti hukum Islam dan tafsir. Sebagian besar buku-buku Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab melalui bahasa Syiria atau Aramaik. Penerjemahan berlangsung dengan sangat lancar karena kosa kata bahasa Arab yang sangat fleksibel mempermudah para penerjemah untuk mencatat padanan kata yang sesuai dengan maksud sang penulis.
Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut sebagai contoh ilmu kalam yang terbias dari ilmu filsafat.
Penulisan hadis, juga berkembang pesat pada masa Bani abas, hal ini disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadis bekerja. Pada masa ini pengkodifikasian hadis mencapai puncaknya dengan tiga hal kegiatan diataranya: melakukan kegiatan rihlah/ pengumpulan hadis, mengklasifikasi hadis marfu’,mauquf dan maqtu’ dan menghimpun kritik-kritik hadis.
Bidang kajian hukum islam, tokoh yang terkenal adalah Imam Abu Hanifah dalam pemikiran hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di kufah dengan keadaan masyarakat yang sudah maju. Pemakaian ra’yu dilestarikan oleh pengikutnya terutama abu yusuf al syabani.
Tokoh lahirnya bidang fiqh islam adalah Malik bin Anas, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, dan Daud al Dhahir. Mereka berhasil menyusun disiplin ilmu, yang di sebut ushul fiqh, yang di dalamnya memuat asas-asas jurispondensi hukum Islam. Dalam karyanya Ar-Risalah yang mmenjadi rujukan utama para ahli hukum Islam dalam menginstimbatkan suatu hukum. Dan masih di pakai sampai sekarang.

D.    KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG FILSAFAT
Pada periode ini berhasil menerapkan landasan bagi perkembangan ilmu filsafat, dengan puncak kejayaan ilmu filsafat di pimpin oleh khalifah al Ma’mun. Khalifah ini sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan, untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar, pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd dan Al Kindi . Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di antaranya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.Al- Kindi adalah seorang filosof pada periode kedua yang erupakan peletakan dasar integritas antara filsafat yunani dan islam.

E.     KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG SAIN
Ada banyak kemajuan di bidang sain diantaranya:
1.      Teknologi
Perkembangan teknoologi pada masa Abbasiyah memberikan kontribusi signifikan pada kesejahteraan masyarakat islam pada abad pertengahan. Sebagai kontribusi ditemukannya teknologi pembuatan kertas. Penemuan ini memberikan dampat yang sangat besar pada penyebaran ilmu pengetahuan. Teknologi ini kemudian segera diikuti oleh munculnya percetakan.
2.      Mesin dan mekanik
Pada abad ke-9 dan Ibnu ar-Razzaz al-jazari sekitar tahun 1200 M. Mesin dan teknologi yang ditemukan berhasil meningkatkan produksi barang jadi sperti tekstil dan lain sebagainya. Karya-karya ini menjelaskan beberapa bentuk mekanik dan masih otomatis serta memuat diagram-diagram yang mengilustrasikan bagaimana bagian-bagian tersebut beroperasi. Sebagian mesin-mesin yang dibuat memiliki fungsi yang jelas dan didesain untuk kebutuhan social dan umum, seperti mesin penimba air. Karya al-Jazari tentang automata merupakan buku pegangan mesin mekanis pertama yang menyediakan informasi lengkap tentang konstruksi mesin. Dalam buku ini juga dibuat ilustrasi secara artistic bagaimana mesin-mesin tersebut bekerja.
3.      Kedokteran
Pada masa abbasiah yang dipimpin oleh Harun Ar-Rasit, banyak di dirikannya rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran, dan pada masanya sudah terdapat 800 orang dokter. Dalam bidang kedokteran, aktivitas penelitian meningkat secara dramatis di masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para khalifah memperkerjakan dokter-dokter Nestorian dari Gandishapur. Salah satunya adalah keluarga Baktishu, yang merupakan dokter terkenal hingga abad ke-11 M. selain itu, penerjemahan teks medis pun telah muncul sejak abad ke-9 M.
Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles dan ahli dalam bidang pengobatan. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di antara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
 Tokoh Yunana ibn Masawain adalah tokoh yang telah melakukan kajian tentang anatomi tubuh dengan membedah monyet yang di datangkan dari Nubiya, dia telah menulis buku yang berjudul Al-Asyr fi al Mugalatfi al ain yang kemudian di terjemahkan dalam bahasa Inggris. Ada tokoh-tokoh lain yang ikut meramaikan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran ini seperti Alil al Thobari dan Ali Ibn Abbas al Majusi.  
4.      Kimia
Perkembangan pengetahuan kimia menyebabkan ditemukannya  bahan celup tekstil, tinta pada keramik, dan campuran logam dekoratif yang digunakan dalam pembuatan barang-barang logam.Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
5.      Optik
Ketertarikan yang mendalam terhadap cahaya dan ilmu optic membawa para ilmuwan islam untuk menghitung ketebalan atmosfer bumi dengan ketepatan yang sangat menakjubkan. Pada ilmuwan islam telah menginterpretasikan bahwa system tata surya berpusat pada matahari, bukan pada bumi,. Pendapat ini bahkan telah dinyatakan oleh beberapa ilmuwan islam jauh sebelum itu.
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
6.      Astronomi dan Geografi
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama Ibrahim al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, adalah pengawas dalam pembangunan Nilometer di Fulsthatyang diangkat oleh Mutawakkil dia menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis yang berjudul Al-Mudkhl ila lim Bayat al aflak. Dia mengkoreksi tentang pendapat Ptolemeus tentang penghitungan terhadap orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan tentang kemungkinan gerhana matahari dan membenarkan teori orisinil tentang penentuan melihat bulan baru.
Pada tahun 213/828 Al-Makmun mendirikan observatorium bertama di Bagdad yang endukung perkembangan ilmu astronomi dan di teruskan banyak bangunan observatorium lainnya, kemudian perkembangan ini juga di tunjukkan oleh Ummar khayyam dengan membuat kalender yang akurat.
Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.
7.      Matematika
Dalam bidang matematika, orang islam berhasil menenukan angka nol yang telah di pakai oleh dunia Islam kemudian di bawa ke Eropa. Aljabar atau yang dalam bahasa Arab disebut al-jabr (perbaikan terhadap ilmu ukur geometri), trigonometri analitis, dan trigonometri bola adalah penemuan baru oleh ilmuan-ilmuan islam. Karya terlengkap yang membahas tentang aljabar adalah kitab al-Jabr wa al-Muqoibalah yang ditulis oleh Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi. Karya ini ditulis pada seperempat pertama abad ke-9 M dan dianggap sebagai karya paling terkemuka dalam sejarah perkembangan ilmu matematika. Ilmuwan arab Qusta bin Luqa al-Ba’labakki menerjemahkan tujuh buku aritmatika karya Diophantus untuk kali pertama ke dalam bahasa arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar