A. BANI ABBASIAH
Periode
terbesar kemajuan ilmu pengetahuan islam terjadi pada abad ke-10 dan ke-11 M.
meskipun demikian dasar-dasar ilmu pengetahuan sesungguhnya telah diletakkan
oleh generasi-generasi sebelumnya, yaitu pada periode awal dinasti Abbasiyah
saat penguasa-penguasa Bani Abbas masih memiliki kekuasaan yang melimpah. Bani
Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan
menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah.
Pada
masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai masa keemasannya. Akademi-akademi yang mirip Universitas
modern didirikan di Baghdad, Mosul, Basrah, Nishapur, dan Khurasan. Pusat-pusat
pendidikan lainnya berkembang dari semenanjung Iberia sampai India barat laut. Secara
garis besar perkembangan ilmu pada masa bani abasiah itu sangat pesat
diantaranya:
- Berdiri lembaga-lembaga pendidikan seperti Baitul hikam Majlis munadhoroh, Madrasah dan Universitas.
- Berdirinya kota-kota pendidikan, seperti Bakdad, Khuffah dan Damaskus dll.
- Perkembangan ilmu Naqli seperti (ilmu tafsir, hadits, fiqh, tata bahasa, tasawuf, kalam).
- Perkembangan ilmu Aqli seperti (Ilmu filsafat dan kedokteran, astronomi, sejarah, kimia, matematika, sastra).
- Perkembangan bidang seni: larinya penyair dan novelis yang besar, berdirinya sekolah musik, terdapat lukisan dan ukiran yang indah yang terdapat di masjid, istana dan gedung lainnya. Cabang seni yang berkembang: seni sastra dari yunani, seni musik, seni rupa, seni bangunan. Penyair dan sastrawan yang terkenal: harun ar-rosid, Abu nawas, Abu tamam, ibnu tumi.
Sebagaimana diuraikan di atas, puncak
perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani
Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa
Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan
Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan
sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua
tingkat:
- Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
- Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli kesana.
Lembaga-lembaga pendidikan ini kemudian berkembang pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Dengan berdirinya perpustakaan dan akademi, perpustakaan
pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat
kitab-kitab, disana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Popularitas
daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan
puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan
Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masa bani abbas sudah terdapat paling
tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah
negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
B.
KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Kekhalifahan ini berkembang
dengan pesat dan menjadikan sebagai pusat pengetahuan dengan didirikannya
perpustakaan yang akan menyuburkan ilmu pengetahuan di masanya. Kemajuan Ilmu
pengetahuan di tentukan dua hal, yaitu:
- Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
- Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam
mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu
inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang
pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.Banyak
golongan pemikir lahir zaman ini, banyak di antara mereka bukan Islam dan bukan
Arab Muslim. Mereka ini
memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan
mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal
di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius
Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam
seperti Al-Biruni dan sebagainya.
C. KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG AGAMA
Pendidikan
pada masa Dinasti Abbasiyah kebanyakan masih menfokuskan diri terhadap kajian
keagamaan, seperti hukum Islam dan tafsir. Sebagian besar buku-buku Yunani
diterjemahkan ke bahasa Arab melalui bahasa Syiria atau Aramaik. Penerjemahan
berlangsung dengan sangat lancar karena kosa kata bahasa Arab yang sangat
fleksibel mempermudah para penerjemah untuk mencatat padanan kata yang sesuai
dengan maksud sang penulis.
Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah
dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu
interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat.
Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak
bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat.
Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan
tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir
rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu
pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam
ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan
dua bidang ilmu tersebut sebagai contoh ilmu kalam yang terbias dari ilmu
filsafat.
Penulisan
hadis, juga berkembang pesat pada masa Bani abas, hal ini disebabkan oleh tersedianya
fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadis bekerja.
Pada masa ini pengkodifikasian hadis mencapai puncaknya dengan tiga hal
kegiatan diataranya: melakukan kegiatan rihlah/ pengumpulan hadis,
mengklasifikasi hadis marfu’,mauquf dan maqtu’ dan menghimpun kritik-kritik
hadis.
Bidang
kajian hukum islam, tokoh yang terkenal adalah Imam Abu Hanifah dalam pemikiran
hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di kufah dengan keadaan
masyarakat yang sudah maju. Pemakaian ra’yu dilestarikan oleh pengikutnya
terutama abu yusuf al syabani.
Tokoh
lahirnya bidang fiqh islam adalah Malik bin Anas, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal,
dan Daud al Dhahir. Mereka berhasil menyusun disiplin ilmu, yang di sebut ushul
fiqh, yang di dalamnya memuat asas-asas jurispondensi hukum Islam. Dalam
karyanya Ar-Risalah yang mmenjadi rujukan utama para ahli hukum Islam dalam
menginstimbatkan suatu hukum. Dan masih di pakai sampai sekarang.
D. KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG FILSAFAT
Pada periode ini berhasil menerapkan
landasan bagi perkembangan ilmu filsafat, dengan puncak kejayaan ilmu filsafat
di pimpin oleh khalifah al Ma’mun. Khalifah ini sangat cinta kepada ilmu
filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan, untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan
penganut agama lain yang ahli (wa laa
haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah,
salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah,
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan
yang besar, pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Tokoh-tokoh
terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu
Sina, dan Ibnu Rusyd dan Al Kindi . Al-Farabi banyak menulis
buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi
terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang
filsafat, yang terkenal di antaranya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang
di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak
berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran
yang disebut dengan Averroisme.Al- Kindi adalah seorang filosof pada periode
kedua yang erupakan peletakan dasar integritas antara filsafat yunani dan
islam.
E. KEMAJUAN BANI ABBASIAH DI BIDANG SAIN
Ada banyak kemajuan di bidang sain diantaranya:
1. Teknologi
Perkembangan teknoologi pada
masa Abbasiyah memberikan kontribusi signifikan pada kesejahteraan masyarakat islam
pada abad pertengahan. Sebagai kontribusi ditemukannya teknologi pembuatan
kertas. Penemuan ini memberikan dampat yang sangat besar pada penyebaran ilmu
pengetahuan. Teknologi ini kemudian segera diikuti oleh munculnya percetakan.
2. Mesin dan mekanik
Pada abad ke-9 dan Ibnu
ar-Razzaz al-jazari sekitar tahun 1200 M. Mesin dan teknologi yang ditemukan
berhasil meningkatkan produksi barang jadi sperti tekstil dan lain sebagainya. Karya-karya
ini menjelaskan beberapa bentuk mekanik dan masih otomatis serta memuat
diagram-diagram yang mengilustrasikan bagaimana bagian-bagian tersebut
beroperasi. Sebagian mesin-mesin yang dibuat memiliki fungsi yang jelas dan
didesain untuk kebutuhan social dan umum, seperti mesin penimba air. Karya
al-Jazari tentang automata merupakan buku pegangan mesin mekanis pertama yang menyediakan
informasi lengkap tentang konstruksi mesin. Dalam buku ini juga dibuat
ilustrasi secara artistic bagaimana mesin-mesin tersebut bekerja.
3. Kedokteran
Pada masa abbasiah yang
dipimpin oleh Harun Ar-Rasit, banyak di dirikannya rumah sakit, lembaga pendidikan
kedokteran, dan pada masanya sudah terdapat 800 orang dokter. Dalam bidang
kedokteran, aktivitas penelitian meningkat secara dramatis di masa kekuasaan
Dinasti Abbasiyah. Para khalifah memperkerjakan dokter-dokter Nestorian dari
Gandishapur. Salah satunya adalah keluarga Baktishu, yang merupakan dokter
terkenal hingga abad ke-11 M. selain itu, penerjemahan teks medis pun telah
muncul sejak abad ke-9 M.
Dalam lapangan kedokteran
dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi
adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles dan
ahli dalam bidang pengobatan. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn
Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada
manusia. Di antara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan
ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
Tokoh Yunana ibn Masawain adalah tokoh yang
telah melakukan kajian tentang anatomi tubuh dengan membedah monyet yang di
datangkan dari Nubiya, dia telah menulis buku yang berjudul Al-Asyr fi al Mugalatfi al ain yang
kemudian di terjemahkan dalam bahasa Inggris. Ada tokoh-tokoh lain yang ikut
meramaikan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran ini seperti Alil al Thobari
dan Ali Ibn Abbas al Majusi.
4. Kimia
Perkembangan pengetahuan kimia
menyebabkan ditemukannya bahan celup
tekstil, tinta pada keramik, dan campuran logam dekoratif yang digunakan dalam
pembuatan barang-barang logam.Di bidang kimia, terkenal
nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti
timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan
mencampurkan suatu zat tertentu.
5. Optik
Ketertarikan yang mendalam
terhadap cahaya dan ilmu optic membawa para ilmuwan islam untuk menghitung
ketebalan atmosfer bumi dengan ketepatan yang sangat menakjubkan. Pada ilmuwan
islam telah menginterpretasikan bahwa system tata surya berpusat pada matahari,
bukan pada bumi,. Pendapat ini bahkan telah dinyatakan oleh beberapa ilmuwan
islam jauh sebelum itu.
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal
sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang
dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang
mengirim cahaya ke mata.
6. Astronomi dan Geografi
Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama
Ibrahim al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali
menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal
di Eropa
dengan nama Al-Faragnus, adalah
pengawas dalam pembangunan Nilometer di Fulsthatyang diangkat oleh Mutawakkil
dia menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis yang
berjudul Al-Mudkhl ila lim Bayat al aflak.
Dia mengkoreksi tentang pendapat
Ptolemeus tentang penghitungan terhadap orbit bulan dan planet-planet tertentu.
Dia membuktikan tentang kemungkinan gerhana matahari dan membenarkan teori
orisinil tentang penentuan melihat bulan baru.
Pada tahun 213/828 Al-Makmun
mendirikan observatorium bertama di Bagdad yang endukung perkembangan ilmu astronomi
dan di teruskan banyak bangunan observatorium lainnya, kemudian perkembangan
ini juga di tunjukkan oleh Ummar khayyam dengan membuat kalender yang akurat.
Dalam bidang sejarah terkenal
nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara
karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.
7. Matematika
Dalam bidang matematika, orang
islam berhasil menenukan angka nol yang telah di pakai oleh dunia Islam
kemudian di bawa ke Eropa. Aljabar atau yang dalam bahasa Arab disebut al-jabr
(perbaikan terhadap ilmu ukur geometri), trigonometri analitis, dan
trigonometri bola adalah penemuan baru oleh ilmuan-ilmuan islam. Karya
terlengkap yang membahas tentang aljabar adalah kitab al-Jabr wa
al-Muqoibalah yang ditulis oleh Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi. Karya ini ditulis pada seperempat pertama abad ke-9 M dan dianggap
sebagai karya paling terkemuka dalam sejarah perkembangan ilmu matematika. Ilmuwan
arab Qusta bin Luqa al-Ba’labakki menerjemahkan tujuh buku aritmatika karya
Diophantus untuk kali pertama ke dalam bahasa arab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar